Museum Mulawarman, yang berlokasi di Jalan Diponegoro No. 26, Panji, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, adalah salah satu destinasi wisata sejarah paling penting di Kalimantan Timur. Dengan koleksi yang meliputi artefak kerajaan, prasasti kuno, dan berbagai benda budaya, Museum Mulawarman menjadi tempat ideal untuk mempelajari sejarah kerajaan tertua di Indonesia.
Lokasi Museum Mulawarman
Museum Mulawarman terletak di Jalan Diponegoro No. 26, Panji, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Tenggarong adalah bekas ibu kota Kesultanan Kutai Kartanegara dan sekarang menjadi pusat budaya dan sejarah Kutai. Lokasi ini mudah diakses dari berbagai wilayah di Kalimantan Timur, terutama dari Samarinda yang hanya berjarak sekitar 45 menit berkendara.
Jam Buka dan Harga Tiket Masuk
Museum Mulawarman buka setiap hari dengan jadwal operasional sebagai berikut:
Senin-Kamis: 08.30-16.00 WITA
Jumat-Minggu: 08.30-16.30 WITA
Harga tiket masuk untuk pengunjung:
Anak-anak: Rp5.000
Dewasa: Rp10.000
Turis asing: Rp15.000
Daya Tarik Utama Museum Mulawarman
Sejarah Kesultanan Kutai Kartanegara
Museum ini menampilkan koleksi artefak berharga yang menceritakan sejarah panjang Kesultanan Kutai Kartanegara, salah satu kerajaan tertua di Nusantara. Singgasana Sultan Kutai, Prasasti Yupa, dan Patung Lembuswana adalah beberapa artefak penting yang menjadi sorotan utama pengunjung. Selain itu, museum ini juga menyimpan keramik Cina yang merupakan hasil hubungan perdagangan antara Kutai dan bangsa asing.
Koleksi Prasasti Yupa
Prasasti Yupa merupakan prasasti tertua di Indonesia yang berasal dari abad ke-4 Masehi. Prasasti ini mencatat upacara pengorbanan dan persembahan yang dilakukan oleh raja-raja Kutai pada masa Hindu. Koleksi ini menjadi bukti sejarah penting tentang penyebaran agama Hindu di Nusantara.
Transformasi dari Istana ke Museum
Bangunan ini awalnya merupakan istana Kesultanan Kutai yang dibangun pada tahun 1936. Pada tahun 1971, istana ini diubah menjadi museum dan diresmikan pada tanggal 25 November 1971 oleh Pangdam IX Mulawarman dan Gubernur Abdoel Wahab Sjahranie. Dengan luas bangunan yang megah, museum ini tetap mempertahankan arsitektur keraton dengan ruang-ruang bersejarah yang berisi koleksi dari masa lalu.