Kenapa Waisak Identik Dengan Pelepasan Lampion?
Pelepasan lampion menjadi simbol yang identik dengan perayaan Waisak karena mengandung makna spiritual yang dalam bagi umat Buddha. Tradisi ini, meskipun tidak berasal langsung dari ajaran Buddha awal, berkembang sebagai bagian dari budaya ritual di berbagai negara Asia, termasuk Indonesia, terutama di Candi Borobudur.
Berikut beberapa makna utama dari pelepasan lampion saat Waisak:
Makna Simbolik Pelepasan Lampion:
-
Melepaskan Keinginan dan Duka Lara
Lampion yang diterbangkan melambangkan pelepasan penderitaan, kesedihan, dan keterikatan duniawi. Umat melepaskannya dengan harapan melepaskan beban batin dan menuju pencerahan, sebagaimana Buddha mencapai Nirwana. -
Doa dan Harapan untuk Dunia
Banyak lampion diterbangkan dengan harapan dan doa yang dituliskan atau didoakan sebelumnya untuk kesehatan, kedamaian, kebahagiaan, dan keselamatan. Terbangnya lampion ke langit dianggap membawa doa ke alam yang lebih tinggi. -
Simbol Penerangan Jiwa
Cahaya lampion melambangkan terang kebijaksanaan yang mengalahkan kegelapan batin dan ketidaktahuan. Ini sejalan dengan inti ajaran Buddha tentang pencapaian pencerahan melalui pengendalian diri dan kebijaksanaan. -
Perayaan Tiga Peristiwa Agung
Waisak memperingati tiga momen penting dalam kehidupan Siddhartha Gautama: kelahiran, pencerahan, dan wafatnya. Pelepasan lampion menjadi cara merayakan ketiganya secara sakral dan simbolis. -
Ritual Kolektif untuk Harmoni
Momen pelepasan lampion biasanya dilakukan bersama-sama, menciptakan rasa kebersamaan dan harmoni. Ini memperkuat nilai solidaritas, kasih sayang, dan kedamaian antarsesama.
Catatan Budaya:
Tradisi pelepasan lampion lebih merupakan adaptasi budaya dari praktik keagamaan di negara-negara seperti Tiongkok dan Thailand. Di Indonesia, pelepasan lampion saat Waisak khususnya di Borobudur telah menjadi ikon spiritual dan wisata yang menarik perhatian global.