Napak Tilas Perjalanan Bhikhhu Thudong Menuju Waisak Di Borobudur

Napak tilas perjalanan Bhikkhu Thudong menuju perayaan Waisak di Candi Borobudur merupakan manifestasi dari praktik spiritual mendalam dalam tradisi Buddhis. Thudong sebuah ritual berjalan kaki lintas negara, mencerminkan komitmen para bhikkhu dalam menjalani kehidupan sederhana dan penuh kesadaran.

Apa Itu Thudong?

Thudong adalah praktik pertapaan dalam ajaran Buddha yang melibatkan perjalanan panjang dengan berjalan kaki. Tujuannya adalah untuk melatih kesabaran, ketahanan fisik, dan ketidakmelekatan terhadap kenyamanan duniawi. Selama perjalanan, para bhikkhu mengandalkan kemurahan hati masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari, seperti makanan dan tempat beristirahat.

Perjalanan Bhikkhu Thudong Menuju Waisak 2025

Pada tahun 2025, sebanyak 38 bhikkhu dari berbagai negara memulai perjalanan spiritual sejauh 2.657 kilometer dari Bangkok, Thailand, menuju Candi Borobudur di Indonesia. Perjalanan ini melintasi empat negara: Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Setibanya di Indonesia, mereka melanjutkan perjalanan melalui berbagai kota, termasuk Jakarta, Bekasi, Cikarang, Karawang, Cikampek, Pamanukan, Losarang, Jatibarang, Winong, Cirebon, Losari, Brebes, Tegal, dan Pemalang.

Para bhikkhu dijadwalkan tiba di Candi Borobudur pada 8 Mei 2025. Setelah itu, mereka akan mengikuti serangkaian ritual suci, termasuk pengambilan api abadi di Mrapen pada 10 Mei, pengambilan air suci di Umbul Jumprit pada 11 Mei, dan puncak perayaan Waisak pada 12 Mei 2025. ​

Makna dan Pengalaman Spiritual

Perjalanan Thudong bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga simbol transformasi batin. Dengan berjalan kaki ribuan kilometer, para bhikkhu menghadapi berbagai tantangan, baik dari alam maupun kondisi fisik, yang menjadi sarana untuk memperdalam praktik spiritual mereka. Interaksi dengan masyarakat di sepanjang perjalanan juga memperkuat nilai-nilai kebersamaan dan toleransi antarumat beragama. ​