Mega Proyek Bandara Kansai Jepang Terancam Tenggelam pada Tahun 2056

Bandara Internasional Kansai di Jepang, yang selama ini dikenal sebagai salah satu keajaiban rekayasa teknik dunia, kini menghadapi ancaman besar: tenggelam pada tahun 2056. Dibangun di atas pulau buatan di Teluk Osaka, bandara ini awalnya menjadi simbol kemajuan teknologi dan efisiensi Jepang, namun kini harus berhadapan dengan konsekuensi dari tantangan alam dan perubahan iklim.

Bandara di Atas Laut yang Ambisius

Diresmikan pada tahun 1994, Bandara Kansai merupakan solusi terhadap keterbatasan lahan di wilayah Osaka. Untuk membangunnya, insinyur Jepang menciptakan pulau buatan yang luas dengan menimbun jutaan ton tanah ke dasar laut. Proyek ini sempat menuai pujian sebagai keajaiban teknik sipil, karena mampu berdiri kokoh di tengah laut dan bertahan dari gempa bumi serta topan hebat.

Namun, sejak awal pembangunannya, para ahli sudah memprediksi bahwa pulau buatan ini akan mengalami penurunan permukaan atau land subsidence. Yang mengejutkan, penurunan ini berlangsung lebih cepat dari perkiraan.

Penurunan Permukaan Tanah yang Mencemaskan

Sejak mulai beroperasi, pulau buatan Bandara Kansai telah turun lebih dari 12 meter. Jika tren ini terus berlanjut, para peneliti memperkirakan bahwa sebagian besar pulau akan berada di bawah permukaan laut pada tahun 2056. Hal ini tentu menjadi ancaman serius bagi operasional bandara, terutama jika terjadi badai atau kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim.

Salah satu penyebab utama penurunan ini adalah karakteristik dasar laut di lokasi tersebut. Tanah yang digunakan sebagai pondasi pulau sangat lunak dan kaya akan lumpur, sehingga terus memadat seiring waktu. Meskipun teknologi canggih telah digunakan untuk memperlambat proses ini, kenyataannya bandara tetap terus “tenggelam”.

Ancaman Perubahan Iklim

Selain masalah teknis, perubahan iklim juga menjadi ancaman besar bagi Bandara Kansai. Naiknya permukaan air laut secara global membuat resiko banjir semakin tinggi, apalagi bandara ini sudah berada di posisi yang sangat rendah. Jika tidak ada tindakan adaptasi yang memadai, seperti peninggian dinding pelindung atau sistem drainase modern, operasional bandara bisa terhambat bahkan lumpuh total di masa depan.