Presiden Macron Pulang, Stairlift di Candi Borobudur Ditutup Papan Putih
Setelah kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Candi Borobudur beberapa waktu lalu, perhatian publik kini kembali tertuju pada aksesibilitas wisatawan di situs warisan dunia tersebut. Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah keberadaan stairlift atau alat bantu naik-turun tangga untuk difabel dan lansia, yang ditutup kembali hanya dengan papan putih sederhana setelah kunjungan Macron berakhir.
Stairlift: Solusi Akses yang Ditunggu-tunggu
Stairlift tersebut sempat menjadi perhatian ketika digunakan selama kunjungan Presiden Macron ke Candi Borobudur. Alat ini menjadi simbol dari upaya peningkatan aksesibilitas untuk semua kalangan, khususnya bagi pengunjung yang memiliki keterbatasan fisik. Banyak pihak berharap, alat tersebut bisa segera digunakan secara permanen oleh masyarakat umum sebagai bagian dari komitmen inklusif pariwisata.
Namun, hanya berselang beberapa hari setelah kunjungan kenegaraan selesai, akses menuju stairlift kembali ditutup. Ironisnya, penutup yang digunakan hanyalah papan putih polos, yang menandakan bahwa fasilitas ini belum bisa diakses publik secara umum.
Kritik dan Reaksi Publik
Penutupan stairlift ini memicu berbagai komentar dari publik, terutama dari kalangan pegiat inklusi dan pariwisata ramah difabel. Banyak yang menyayangkan bahwa fasilitas yang seharusnya menunjang kemudahan akses justru hanya dibuka saat kunjungan penting berlangsung, bukan sebagai layanan berkelanjutan.
"Ini seharusnya jadi momentum memperkuat komitmen pariwisata yang inklusif. Tapi justru terkesan hanya kosmetik untuk tamu negara," ujar seorang aktivis difabel dari Yogyakarta.
Media sosial pun ramai dengan perbincangan soal hal ini. Foto-foto penutupan stairlift dengan papan putih sederhana menjadi viral, dan banyak netizen menyuarakan harapan agar alat bantu tersebut segera bisa digunakan publik, bukan hanya sebagai ‘pajangan sementara’.
Pemerintah Diminta Bertindak
Menanggapi hal ini, beberapa pihak mendesak pengelola dan pemerintah untuk memberikan kejelasan mengenai status dan jadwal penggunaan stairlift secara permanen. Mereka menilai bahwa aksesibilitas bukan sekadar fasilitas tambahan, melainkan hak dasar setiap warga negara untuk menikmati warisan budaya bangsa.
Pengamat pariwisata juga menambahkan bahwa Candi Borobudur sebagai destinasi kelas dunia perlu memenuhi standar inklusif global jika ingin terus menarik wisatawan dari berbagai latar belakang dan kondisi fisik.
Menuju Pariwisata yang Lebih Inklusif
Candi Borobudur adalah situs warisan dunia UNESCO dan salah satu destinasi paling penting di Indonesia. Maka, penyediaan sarana akses yang ramah bagi difabel, lansia, dan anak-anak seharusnya menjadi bagian dari rencana jangka panjang pengelola kawasan, bukan sekadar persiapan untuk kunjungan pejabat atau tamu penting.
Publik kini menunggu langkah nyata, bukan janji. Hadirnya stairlift semestinya menjadi awal dari peningkatan infrastruktur inklusif di kawasan wisata lainnya. Penutupan seadanya dengan papan putih justru mencoreng semangat kemajuan dan keterbukaan yang selama ini dikampanyekan.