Presiden Macron di Vietnam Disuguhi Lumpia hingga Tumis Kangkung
Kunjungan kenegaraan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Vietnam baru-baru ini menjadi sorotan tidak hanya karena hubungan diplomatik yang dibahas, tetapi juga karena kehangatan jamuan kuliner khas Vietnam yang disajikan untuknya.
Salah satu momen menarik dalam lawatan tersebut adalah ketika Presiden Macron disuguhi aneka hidangan lokal, termasuk lumpia khas Vietnam (spring roll) dan tumis kangkung, menu yang sangat akrab di lidah masyarakat Asia Tenggara.
Diplomasi Lewat Meja Makan
Jamuan makan menjadi bagian penting dari tradisi diplomasi di banyak negara, termasuk Vietnam. Dalam kunjungan resmi ini, pemerintah Vietnam menyambut Macron dengan sajian-sajian yang mencerminkan budaya dan kekayaan kuliner mereka. Lumpia, yang terbuat dari sayuran segar, mie beras, udang, dan dibungkus dalam lembaran nasi tipis, menjadi salah satu sajian pembuka. Hidangan ini dikenal sebagai simbol makanan sehat dan ringan yang sangat populer di kawasan Asia.
Tak hanya lumpia, Presiden Macron juga disuguhi tumis kangkung, sayuran hijau yang biasa dimasak dengan bawang putih dan saus tiram. Meski sederhana, hidangan ini menggambarkan kekayaan rasa dari masakan rumahan Asia yang penuh cita rasa namun tetap bernutrisi.
Reaksi Macron dan Simbol Persahabatan
Presiden Macron tampak menikmati sajian yang dihidangkan. Dalam beberapa cuplikan yang tersebar di media, ia terlihat mencicipi makanan tersebut dengan antusias dan menyampaikan apresiasinya terhadap kelezatan masakan Vietnam. Momen ini pun menjadi simbol keharmonisan budaya antara dua negara yang memiliki sejarah panjang, terutama sejak masa kolonial hingga hubungan modern saat ini.
Vietnam dan Prancis memiliki hubungan diplomatik yang erat, terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan kerja sama ekonomi. Sajian makanan lokal ini menjadi bentuk penghormatan serta upaya untuk mempererat hubungan kedua bangsa melalui pendekatan yang lebih personal dan hangat.
Kuliner sebagai Jembatan Budaya
Apa yang disuguhkan kepada Macron tidak hanya makanan, tetapi juga cerita. Setiap hidangan lokal memiliki nilai budaya dan sejarah yang kuat. Lumpia, misalnya, tidak hanya dikenal di Vietnam, tapi juga diadaptasi di berbagai negara Asia dengan versi masing-masing. Demikian juga dengan tumis kangkung yang mencerminkan kesederhanaan namun kaya rasa.
Melalui momen seperti ini, kita bisa melihat bagaimana kuliner menjadi media diplomasi yang efektif tidak hanya memperkenalkan budaya, tetapi juga menciptakan rasa saling menghargai antara pemimpin negara.
Kesimpulan
Kunjungan Presiden Emmanuel Macron ke Vietnam bukan hanya diwarnai oleh pembicaraan politik atau kerja sama ekonomi, tetapi juga oleh kehangatan budaya, salah satunya melalui sajian makanan lokal. Dari lumpia hingga tumis kangkung, Vietnam menunjukkan bahwa keramahan tidak hanya datang dari kata-kata, tapi juga dari apa yang dihidangkan di meja makan. Sebuah pesan sederhana namun kuat: makanan dapat menjadi bahasa universal yang menyatukan bangsa.